Mengenai Saya

Selasa, 06 November 2018

JUJUR ITU, BIKIN NYESEK. TAPI, YES


JUJUR ITU BIKIN NYESEK, TAPI, “YES DUA JEMPOL”


(Rasiman, S.Ag., M.Pd.I)





Tak ada satu pun di dunia ini, yang tak suka dengan sifat yang namanya jujur. Termasuk juga aku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jujur adalah lurus hati, berkata apa adanya (KBBI, 2013 : 559). Lebih lanjut, menurut Muhammad Ahsan, dkk., yang disebut jujur adalah kesesuaian antara perkataan dan perbuatan yang sebenarnya (Muhammad Ahsan, dkk., 2017 : 18). Selanjutnya, di dalam Hadits Rasulullah SAW, dikatakan bahwa yang disebut jujur itu adalah kebenaran (ash-shidqo), karena jujur itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga (HR. Bukhory). Lain halnya menurut istilah kuliner, bahwa yang disebut jujur adalah kesesuaian antara apa yang tertulis di menu dengan menu yang dihidangkan. Jadi, intinya bahwa yang disebut jujur itu adalah apa adanya, bukan ada apanya. Orisinal, tanpa dibuat-buat. Hal ini karena adanya larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa tidak boleh mencampuradukkan antara kebenaran dan kebathilan (QS. Al-Baqarah/2 : 42).  Ini lah perilaku jujur yang sebenarnya, tanpa rekayasa.



Al-Kisah dari sohibur musafir, yang konon hobinya menjelajah wilayah, kalo tak mau disebut “suka keluyuran” punya sedikit pengalaman tentang sifat jujur ini. Suatu ketika, saya bersama seorang sahabat sedang dalam kondisi bepergian ke luar kota, karena berangkat pagi-pagi benar sehingga belum sempat breakfast, eh...sarapan pagi gitu. Saat itu sekitar jam 10.00 WIB, perut terasa sudah bernyanyi “keroncongan” yang dengan suara melonkolisnya. Kruk...kruk...kruk...katanya. Terbesit dalam benak kita berdua pada sebuah menu hidangan kesukaan. Kami yang memang sangat suka dengan yang namanya “pindang tulang”, maka sepanjang jalan kami menoleh ke kanan dan ke kiri setiap ada warung makan, siapa tahu ada menu kesukaanku.



Alhamdulillah, walhasil kami menemukan sebuah warung makan yang di warung itu tertempel tulisan “pindang tulang”. Maaf, nama warung sengaja saya rahasiakan karena warung ini adalah warung yang ada di kahyangan sana, kalo bahasa teman saya saat mengajar doeloe yang bernama Pak Sudijono. Karena beliau sangat hobby apabila bercerita dengan anak-anak didiknya di sekolah tentang kehidupan di kahyangan. Sehingga beliau dijuluki “ bapak kahyangan”.  Kami berdua, berlabuhlah di warung makan kahyangan tersebut. Pelayan dengan gaya sopannya menawarkan jasa kepada kami : “ Mas-mas  mau pesan makanan apa ?” celotehnya dalam tawaran saat itu kepada kami. Kami pun, karena sudah sangat lapar, segera memesan menu favouritku. Kami pesan nasi dengan lauk pindang tulang ya mbak, kopi 1 gelas dan es teh 1 gelas, pesanku kepada pelayan itu. Akhirnya, selang beberapa saat, keluarlah pelayan itu sembari membawa apa yang telah kami pesan.



Kami berdua pun akhirnya menikmati hidangan itu dengan lahab karena lezatnya menu favouritku. Pindang tulang yang full dalam masing-masing mangkuk dengan kuahnya yang waw pokonya , kami santap dan ludes semua. Meskipun demikian, ketika saya mencoba menggigit pindang tulang kok yang tergigit tulang. Mencoba yang lainnya, masih tetap saja sama. Tulang Semua. Maklum, yang namanya pindang tulang, 98 % tulang semua. Eh ....ngomong-ngomong kuahnya muantaabb loh.



Dalam hatiku, berbisik, bahwa “Mbak itu jujur banget dech”. Karena saya pesan pindang tulang, terus dikasih tulang. Tapi, saya puas dan bangga, ternyata di zaman now masih ada saja orang yang jujur seperti pelayan itu. “Jujur memang bikin nyesek, Tapi Yes Dua Jempol Dech, untukmu Mbak”. Saya memang hobby pindang tulang, karena kalau di daerah kami, yang namanya “pindang Tulang” ya bukan 98 % tulang. Masih banyak tuh dagingnya, ya   sekitar 40-50 % dech itu dagingnya. Mungkin warung di daerahku kurang begitu jujur ya. Saya pesan pindang tulang, tapi kok malah dikasih dengan pindang tulang yang masih banyak dagingnya. Hehehehe...



Untukmu wahai warung makan kahyangan yang masih mempertahankan sifat “jujur”,
ada masukan dari kami nih. Jangan marah ya....? Hendaknya sedikit dirubah merekmu itu
jangan hanya “Pindang Tulang” saja. Tapi, “Pindang Tulang dengan masih banyak dagingnya”.
Uhuyyyy....



Setelah kami selesai makan, kami pun bayar makanan yang telah kami makan dan habiskan,
kecuali tulang. Aku bilang dengan pelayan itu, “Mbak Jujur dech” PAS mantap pindang tulangnya.
Terima kasih ya. Kemudian kami pun bergegas meninggalkan warung makan ini sembari meneruskan
obrolan di kendaraan tentang “Pindang Tulang” yang PAS mantab. Pelayannya sangat jujur. Keren pokoknya.
I Like That. Jangan lupa, ditambah dikit mereknya ya, “Pindang Tulang yang Masih Banyak Dagingnya”. 





Referensi
Al-Qur’an al-Karim
Hadits Bukhory Muslim
Muhammad Ahsan, dkk., 2017. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMP/Mts Kelas VII, Jakarta : Kemendikbud RI
Tim Mutu, 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Mentari Utama Unggul 

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila