Mengenai Saya

Senin, 29 Oktober 2018

MODUL PANDUAN TAJWID PRAKTIS








PANDUAN PRAKTIS


BELAJAR TAJWID 






Oleh : Rasiman, S.Ag.,  M.Pd.I 


(Guru SMP Negeri 2 Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas Sumsel) 




BAB I


PENTINGNYA BELAJAR ILMU AL-QUR´AN


A. Definisi

Al-Qur´an adalah pedoman hidup umat Islam yang di dalamnya mengandung petunjuk hidup bagi manusia di multi dimensi tempat dan waktu. Bukan hanya untuk di dunia, tetapi juga untuk di akhirat, atau untuk keduanya.  Oleh karenanya, mempelajari ilmu Al-Qur´an adalah sangat urgen.
Menurut As-Sayuthy, dalam Itmam ad-Dirayah, yang disebut Ilmu Al-Qur´an adalah suatu ilmu yang membahas keadaan-keadaan Al-Qur´an dari jurusan nuzulnya, sanadnya, adab-adabnya, lafadz-lafadznya, makna-maknanya yang berpautan dengan hukum dan yang sebagainya (Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, 2010 : 85). Dalam konteks ini, belajar ilmu tajwid adalah salah satu cara mempelajari Al-Qur´an  terutama di dalam hal tata cara membaca Al-Qur´an secara tartil.
Allah SWT berfirman, :" Dan bacalah Al-Qur´an dengan tartil " (QS. Al-Muzammil : 4). Untuk mengenal dan mempelajari agar bisa membaca Al-Qur´an dengan tartil perlu belajar ilmu tajwid.
Ilmu Tajwid, menurut istilah adalah ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik itu hak-hak huruf (haqqul harf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf(mustahaqqul harf) dipenuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum mad, dan lain sebagainya ( Al Mahmud Muhammad, tt : 4). Sedangkan secara bahasa, berasal dari "jawwada, yujawwidu, tajwidan " yang berarti membaguskan atau membuat jadi bagus ( Acep Iim Abdurrohim, 2007 : 3). Dengan demikian, belajar ilmu tajwid bukan sekedar ingin membaca Al-Qur´an secara tartil saja, melainkan juga dapat memperindah bacaannya.

B. Hukum Belajar Ilmu Tajwid
Hukum belajar ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardhu kifayah. Ini artinya bahwa mempelajari tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang. Melainkan cukup diwakili oleh beberapa orang saja. Namun, hukum membaca Al-Qur´an dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardhu ´ain yakni wajib setiap muslim tanpa diwakilkan oleh orang lain (Acep Iim Abdurrohim, 2007 : 6). Hal ini selaras dengan pendapat Syekh Ibnul Jazari bahwa : " membaca Al-Qur´an dengan tajwid hukumnya wajib. Siapa saja yang membaca Al-Qur´an tanpa memakai tajwid, hukumnya dosa. Karena sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur´an berikut tajwidnya. Demikianlah yang sampai kepada kita dari-Nya " (Matan Al-Jazariyyah, tt : 13). Demikianlah begitu pentingnya belajar ilmu tajwid.





BAB II 



NUN SUKUN DAN TANWIN


(  ــًــٍــٌ - نْ)


      Nun Mati, disebut juga Nun Sukun. Sedangkan tanwin itu mempunyai 3 (tiga) yaitu : tanwin an, tanwin in, dan tanwin un.
Nun sukun dan tanwin  (  ــًــٍــٌ - نْ )  jika bertemu dengan huruf hija’iyah, memiliki 5 hukum bacaan tajwid, yaitu :
1. Idzhar Halqi
2. dgham bi Ghunnah
3. Idgham Bila Ghunnah
4. qlab
5. khfa’ Haqiqi




1. Idzhar Halqi
Idzhar, berarti jelas, atau terang. Hal ini berarti bahwa apabila ada nun mati atau tanwin bertemu huruf idzhar, maka suara nun mati atau tanwinnya harus terdengar jelas.
Menurut Imam Zarkasyi, bahwa Idzhar berarti menerangkan atau menjelaskan. Halqi berarti kerongkongan (Imam Zarkasyi, 1995 : 1). Dengan demikian, bahwa huruf idzhar yang 6 itu disebut huruf halqi karena makhrajnya atau tempat keluarnya huruf  berada di tenggorokan atau kerongkongan.
Disebut bacaan idzhar halqi, apabila nun sukun atau tanwin  (  ــًــٍــٌ - نْ ) bertemu dengan salah satu dari huruf :
(ء ح خ ع غ هـ ).
Contoh:
أَنْعَمْتَ – مَنْ آٰمَنَ – عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ.
Cara baca:
Suara nun sukun atau tanwin dibaca dengan jelas.


2. Idghom bi Ghunnah
Idghom, berarti memasukkan, atau mentasydidkan, atau meleburkangaroo. Karena Idghom ditandai dengan tanda tasydid. Sedangkan Ghunnah, artinya dengan dengung. Cara membacanya, ditekan dan ditahan 2 harakat, atau satu alif, atau 2 ketukan.
Disebut bacaan idghom bi Ghunnah, apabila nun sukun atau tanwin  (  ــًــٍــٌ - نْ )  bertemu dengan salah satu dari  huruf :
(ي ن م و).
Contoh:
مِنْ وَلِيٍّ – أَنْ يَضْرِبَ – سُرُوْرٌ مَرْفُوْعَةٌ.
Cara baca:
Suara nun sukun atau tanwin dimasukkan ke dalam huruf yang berada didepannya dengan disertai suara dengungan.

3. Idghom bila Ghunnah.
Disebut bilaghunnah, karena berarti tanpa dengung. Dibaca tanpa ditahan 2 harakat dan tanpa berdengung.
Disebut bacaan idghom bila Ghunnah, apabila nun sukun atau tanwin   (  ــًــٍــٌ - نْ ) bertemu dengan huruf : ( ل ر).
Contoh:
أَنْ لَمْ – مِنْ رَحِيْقٍ – مَالاً لُبَدًا.

Cara baca: suara nun sukun atau tanwin dimasukkan ke dalam huruf yang berada didepannya dengan tidak mendengung.

4. Iqlab.
Iqlab berarti membalik atau menukar. Dalam konteks ini bahwa Iqlab, mengubah bunyi suara nun mati atau tanwin apabila bertemu dengan huruf hijaiyah "ب"   menjadi suara atau huruf "m". Disebut bacaan Iqlab, apabila nun sukun atau tanwin  (  ــًــٍــٌ - نْ ) bertemu dengan huruf (ب).
Contoh:
أَنْمبُوْرِكَ – يَنْبُوْعًا – سَمِيْعٌ مبَصِيْرٌ.
Cara baca:
suara nun sukun atau tanwin berubah menjadi seolah-olah suara mim mati.


5. Ikhfa’ Hakiki.

Ikhfa´ berarti samar-samar. Artinya tidak dibaca jelas dan juga tidak dibaca dengung. Ikhfa´ berada pada posisi antara jelas dan dengung. Hakiki berarti sungguh-sungguh, atau benar-benar. Disebut bacaan Ikhfa’ Hakiki, apabila nun sukun atau tanwin  (  ــًــٍــٌ - نْ )  bertemu dengan huruf
(ت ث ج د ذ زس ش ص ض ط ظ ف ق ك).
Contoh:
فَانْصُرْنَا – مِنْ طِيْنٍ – يَوْمًا كَانَ.

Cara baca:
Suara nun sukun atau tanwin disamarkan antara suara nun mati dan suara huruf didepannya.





BAB III


MIM SUKUN 


 (مْ)

Mim Sukun (مْ) jika bertemu dengan huruf hija’iyah, memiliki 3 hukum bacaan tajwid, yaitu :
Ikhfa’ Syafawi
Idgham Mimi/ Mitslain
Idzhar Syafawi



1. Ikhfa’ Syafawi.
Disebut bacaan Ikhfa’ Syafawi, apabila Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf ( ب ).
Contoh:
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ – وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ.
Cara baca:
suara mim mati dibaca samar antara suara mim mati dan suara ba’. Atau harus samar-samar di bibir dan didengungkan.



2. Idghom Mimi/ Mitslain.

Disebut bacaan Idghom Mimi/ Mitslain, apabila Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf (مْ).
Contoh:
إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ -  إِنَّهُمْ مُلَاقُوْا رَبِّهِمْ.
Cara baca:
Suara mim mati dimasukkan kedalam suara mim yang ada didepannya sehingga menjadi seperti suara satu huruf mim yang bertasydid.

3. Idzhar Syafawi.
Disebut bacaan Idzhar Syafawi, apabila Mim Sukun (مْ) bertemu dengan huruf hija’iyah selain mim (مْ) dan ba’ ( ب ).
Contoh:
عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ -  وَ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Cara baca: suara mim mati dibaca jelas.




BAB IV


MIM DAN NUN TASYDID


       Setiap ada huruf mim dan nun yang bertasydid maka mim dan nun-nya dibaca dengan mendengung sepanjang atau selama 2 harokat. Bacaan ini disebut dengan bacaan Ghunnah.
Ghunnah artinya mendengung

Contoh :
عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ – مَلِكِ النَّاسِ.






BAB V 


LAFADZ JALALAH 


اَللهُ

Cara membaca lafadz jalalah (الله), ada dua macam yaitu :
Apabila lafadz Allah (الله) berada setelah huruf yang berharokat Fathah ( ـــَــ ) atau Dhommah (ــُــ), dibaca “Tebal” (Tafkhim).
Contoh :
نَصْرُ اللهُ – هُوَ اللهُ.

Apabila lafadz Allah (الله) berada setelah huruf yang berharokat kasroh(ـــِــ), dibaca “Tipis” (Tarqiq).
Contoh :
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ – بِاللهِ.









BAB VI 


LAM TA’RIF (ال) 


Cara membaca Lam Ta’rif (ال), ada dua macam yaitu :
Alif Lam Qomariyah /(Idzhar Qomariyah)
Disebut bacaan Alif Lam Qomariyah (Idzhar Qomariyah), apabila Lam Ta’rif (ال) bertemu dengan salah satu huruf berikut ini:
 (ء ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و هـ ي).
Contoh :
فِي اْلأَرْضِ – الْغَنِيُّ – وَ اْلمَرْجَانُ.


Alif Lam Syamsiyah/(Idgham Syamsiyah)
Disebut bacaan Alif Lam Syamsiyah (Idgham Syamsiyah), apabila Lam Ta’rif (ال) bertemu dengan salah satu huruf berikut ini:
 (ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ن ل).
Contoh :
الصَّلاَةُ – اِلَى النُّوْرِ – السَّكِيْنَةُ.





BAB VII 


QOLQOLAH 


Di antara huruf hija’iyah ada 5 huruf yang mengeluarkan suara pantulan apabila berharokat sukun atau mati, huruf tersebut adalah sebagai berikut:
 (ق- ط – ب – ج - د)
Ditinjau dari tempat matinya huruf, maka bacaan Qolqolah terbagi menjadi 2 macam.
 Yaitu :

1. Qolqolah Sughro
Disebut bacaan Qolqolah Sughro, apabila salah satu dari 5 huruf Qolqolah yang disebutkan diatas mati/sukunnya berada di tengah-tengah kata.
Contoh :
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ – وَ مَآأَدْرَاكَ.
2. Qolqolah Kubro
Disebut bacaan Qolqolah Kubro, apabila salah satu dari 5 huruf Qolqolah yang disebutkan diatas berada di akhir pemberhentian ayat atau waqof, dimatikan /disukunkan.
Contoh :
اِلىَ الْحَقِّ – أَبِي لَهَبٍ وَّ تَبَّ.

Cara membacanya:
Jika di jumpai huruf yang lima di atas maka membacanya harus di pantulkan.








BAB VIII 


BACAAN MAD (PANJANG)


Mad Thabi’i
Jika ada waw mati (وْ) sebelumnya ada huruf berharakat dhommah (ـُ), alif (ا) sebelumnya ada huruf yang berharakat fathah (ـَ), atau ya mati (يْ) sebelumnya ada huruf yang berharakat kasrah (ـِ) maka hukum bacaannya disebut:
Mad Thabi’i.
Mad artinya Panjang.
Thabi’i artinya Biasa.
Contoh :
قُلْ أَعُوْذُ – جَاعِلٌ فِيْ اْلأَرْضِ – إِنّيْ.

Cara baca:
Waw, alif, dan ya yang mati dibaca panjang sepanjang dua harakat atau dua ketukan.


Mad ’Aridh Lis Sukun
Apabila ada Mad Thabi’i bertemu dengan huruf hija’iyah yang dimatikan karena berada di akhir ayat atau waqof.
’Aridh : bertemu
Li : karena
Sukun : mati
Contoh :
الكَافِرُوْنَ – الْـمُحْسِنِيْنَ – لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.

Cara bacanya:
Dibaca panjang sepanjang dua s/d enam harokat.

Mad Wajib Muttashil.
Apabila ada Mad Thabi’i bertemu dengan huruf hamzah (ء) dalam satu kata.
Contoh:
إِذَا جَاۤءَ – مَنْ شَاۤءَ – ضُعَفَاۤءُ.
Cara bacanya:
Dibaca panjang sepanjang lima harokat/ ketukan.
Muttashil : tersambung


Mat Ja’iz Munfashil
Apabila ada Mad Thabi’i bertemu dengan hamzah di kata yang lain.
Contoh :
فِيْۤ أَحْسَنِ – إِنَّاۤ أَنْشَئْنَا – إِتَّخَذُوْاۤ أَيْمَانَهُمْ .
Cara bacanya:
Dibaca sepanjang 2, 4, atau 6 harokat
Jaiz : Boleh
Munfashil : terpisah



Mada Badal
Apabila huruf Mad bertemu dengan Hamzah dalam satu kata, tetapi posisi Hamzah lebih dahulu dari huruf Mad.
Contoh:
إِيـْمَانًا – أُوْتِيَ
Asal katanya:
إِئْمَانًا – أُؤْتِيَ

Cara bacanya:
Dibaca sepanjang 2 harokat
Badal : ganti


Mad ‘Iwadl
Jika ada huruf yang berfathah tanwin pada pemberhentian waqaf atau ayat, maka fathah tanwinnya dibaca fathah saja dan di panjangkan sepanjang 2 harokat.
Contoh :
حَكِيْماً◌ – عَلِيْماً◌ – رَحِيْماً◌.


Mad Lazim Mutsaqol Kalimi
Huruf Mad bertemu dengan huruf bertasydid dalam satu kata maka dibaca panjang 6 harokat terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam huruf bertasydid di hadapannya.
Contoh :
الْحاَۤقَّةُ – مِنْ دَۤابَّةِ.

Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi
Mad Badal bertemu dengan huruf bersukun. Hanya terdapat pada QS. Yunus : 51 dan 91. di baca panjang 6 harokat.
Contoh :
آٰلْئٰنَ.

Mad Lazim Harfi Musyaba’
Membaca huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan surat di baca panjang 6 harokat. Huruf-hurufnya yakni :
)ن ق ص ع س ل ك م(
Contoh :
الـۤمۤ – يٰسۤ - كۤهٰيٰعۤصۤ


Mas Lazim Mukhoffaf Harfi
Membaca huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan surat di baca panjang 2 harokat. Huruf-hurufnya yakni :
)ح ي ط هـ ر(
Contoh :
طٰــهٰ - يٰسۤ - كۤهٰيٰعۤصۤ

Mad Lin
Berhenti pada suatu huruf sebelumnya wau sukun atau ya sukun, yang didahului oleh huruf berharokat fathah dibaca panjang 2-6 harokat.

Contoh:
وَ الصَّيْفِ – اَلْخَوْفُ.

Mad Silah Qosiroh
Ha (kata ganti) bertemu dengan huruf selain hamzah dibaca panjang 2 harokat.
Contoh :
لـَـهُ – رَبِّهِ

Mad Silah Thowilah
Bila setelah Ha (kata ganti) terdapat huruf hamzah dibaca panjang 5 harokat.
Contoh :
أَنَّ مَا لَهُۤ أَخْلَدَهُ

Dan lain-lain, sebagian bacaan mad sengaja tidak disebutkan disini, karena penyusun menganggap kurang perlu untuk tingkat pelajar SMA.





Daftar Tanda Waqof

Tanda
Istilah
Keterangan

ج
Waqof Ja’iz
Boleh berhenti boleh juga disambung

ط
Waqof Mutlaq
Diutamakan berhenti daripada terus

مـــ
Waqof Lazim
Harus berhenti

لا
‘Adamul Waqf
Dilarang berhenti

صلى
Al-Washlu Aula
Disambung lebih utama

قلى
Al-Waqfu Aula
Berhenti lebih utama

؞  ؞
Waqof Mu’anaqoh
Boleh berhenti pada salah satu tanda tersebut, namun tidak boleh berhenti pada keduanya




Anjuran untuk bersujud ketika membaca ayat sajdaah, rasulullah saw. bersabda:
“ Apabila anak adam membaca ayat sajdah kemudian sujud, maka menyingkirlah setan dan menangislah seraya berkata : ‘oh celaka diriku’. Anak Adam disuruh sujud namun aku enggan maka bagiku neraka”. (HR. Muslim).

Daftar ayat Sajdah

No.
Nama Surat
No. Surat
No. Ayat

1
Al-A’raf
7
206

2
Ar-Ra’d
13
15

3
An-Nahl
16
50

4
Al-Isra’
17
109

5
Maryam
19
58

6
Al-Hajj
22
18

7
Al-Hajj
22
77

8
Al-Furqan
25
60

9
An-Naml
27
26

10
As-Sajdah
32
15

11
Sad
38
24

12
Fussilat
41
38

13
An-Najm
53
62

14
Al-Insyiqaq
84
21

15
Al-‘Alaq
96
19



Do’a sujud tilawah:

سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِى خَلَقَهُ وَ صَوَّرَهُ وَ شَقَّ سَمْعَهُ وَ بَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَ قُوَّتِهِ فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنَ الْخَالِقِيْنَ.

Artinya :
“Telah bersujud wajahku kepada yang menciptakannya, membukakan pendengaran dan penglihatannya, dengan daya dan kekuatannya, Maha Suci Allah swt. sebaik-baik pencipta”.



Do’a Senandung Al-Qur’an

اللّٰهُمَّ ارْحَمْنِيْ بِاْلقُرْآٰنِ. وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًى وَرَحْمَةً. اللّٰهُمَّ ذَكِّرْنِيْ مِنْهُ مَا نَسِيْتُ.  وَ عَلِّمْنِيْ مِنْهُ مَا جَهِلْتُ.  وَارْزُقْنِيْ تِلاَوَتَهُ آٰنَاۤءَ اللَّيْلِ وَ أَطْرَافَ النَّهَارِ. وَاجْعَلْهُ لِيْ حَجَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.









BAB IX 


ADAB MEMBACA AL-QUR´AN 




       Adab, berarti akhlak yang baik, budi pekerti yang halus, atau kesopanan (KLBI, 2013 : 15). Sedangkan menurut Ahmad Amin, bahwa yang disebut akhlak adalah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-turut (Ahmad Amin, 1975 : 62). Keinginan, dalam akhlak itu ada 2 macam, yaitu keinginan berbuat baik, dan keinginan berbuat buruk. Yang dimaksud akhlak di atas adalah menangnya kebiasaan berbuat baik dari pada berbuat burut. Kebiasaan inilah yang telah lama dilakukan para Ulama dalam rangka begitu sangat takdhimnya mereka kepada Al-Qur´an al-Karim yang ditiru ummat sampai kapan pun.
Disarikan dari buku "Mengenal Tuntas Al-Qur´an karya Moh. Ali Aziz (2012) bahwa adab membaca Al-Qur´an adalah sebagai berikut :
1. Membaca Al-Qur´an sebanyak-banyaknya.
2. Berwudhu sebelum membaca Al-Qur´an
3. Membaca Al-Qur´an di tempat yang suci
4. Membersihkan gigi sebelum membaca
5. Duduk dengan tenang dan menghadap kiblat
6. Membaca ta´awudz
7. Membaca dengan tartil
8. Memahami maknanya
9. Mengulang- ulang ayat yang dianggap mengesankan
10. Menangis saat membaca Al-Qur´an
11. Melagukan saat membaca Al-Qur´an sesuai dengan irama kandungan Al-Qur´an
12. Membaca Al-Qur´an dengan melihat mushaf Al-Qur´an
13. Menggunakan cara baca Al-Qur´an yang telah disepakati ahli Al-Qur´an
14. Membaca Al-Qur´an sesuai dengan urutan surat dalam Al-Qur´an
15. Melakukan sujud saat usai membaca ayat yang menganjurkan sujud
16. Tidak menghenikan bacaan hingga tuntas satu ayat secara sempurna.






REFERENSI

Abdurrohim, Acep Iim,  2003. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap,  Bandung : Diponegoro

Al-Mahmud, Muhammad, tt. Hidayatul Mustafid fii Ahkamit Tajwid, Surabaya : Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhani wa Alaudin

Amin, Ahmad, 1975. Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : PT. Karya Unipress
Ali Aziz, Moh., 2012. Mengenal Tuntas Al-Qur´an, Surabaya : Imtiyaz

Ash-Shiddieqy, Hasbi, 2010. Ilmu Al-Qur´an & Tafsir, Semarang : PT. Pustaka Riski Putra

Tim Mutu, 2013. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Mentari Utama Unggul

Zarkasi, Imam, 1995. Pelajaran Tajwid, Jawa Timur : Tri Murti Press Gontor Ponorogo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila